Cari Blog Ini

Kamis, 17 Oktober 2024

Jejak Rindu di Lorong Waktu

 

Ada kala dalam hidup, aku bertemu denganmu. sosok yang datang tanpa tanda, Namun membawa gemuruh yang tak terduga. Hari itu, tak ada yang berbeda, angin bertiup seperti biasanya, langit tetap membentang dengan birunya, dan langkahku seolah tak bermakna. Tapi di detik pertama tatapan kita bertaut, seakan-akan dunia berhenti berputar, menyisakan kita dalam ruang waktu yang hanya kita berdua yang tahu.

Aku tak pernah memintanya. Cinta datang bagai angin malam yang dinginnya menusuk pelan. Namun tanpa disadari, telah menyelubungi seluruh tubuh. Kau menyentuh hatiku dengan cara yang tak terjelaskan, membuatku merasa hidup meskipun pada akhirnya justru menghancurkanku perlahan.

Mencintaimu adalah sebuah derita yang tak pernah kurencanakan. Ada kalanya, aku ingin membencimu, merobek setiap kenangan yang pernah tercipta, menghapus jejak-jejakmu dari sudut hatiku. Namun, cinta ini, bagai luka yang tak sembuh, tetap ada. Berdiam dalam keheningan, menolak untuk pergi.

Ada rindu yang berdenyut di setiap degup jantungku, meski aku tahu, tak mungkin lagi kita berjalan bersama. Ingin aku memohon pada waktu agar memundurkan dirinya, membawa aku kembali ke hari itu, sebelum segalanya bermula. Namun, keinginanku tak pernah lebih dari sekadar bayangan, karena waktu terus melaju tanpa belas kasihan. Ia meninggalkanku terjebak dalam sebuah perasaan yang tak dapat kuubah, tak dapat kupercepat, tak pula dapat kuhentikan.

Mereka bilang, rasa akan pudar seiring waktu. Tapi mengapa bagiku, setiap detik justru memperdalam luka? Apakah mungkin mencintai adalah sebuah takdir yang ditentukan untuk menjadi derita yang harus kupikul? Aku ingin melupakan, ingin berlari jauh dari ingatan tentangmu. Namun, bagaimana mungkin aku bisa berbohong pada hati yang pernah merasakan getaran setiap tatapanmu, setiap kata yang keluar dari bibirmu?

Mereka bilang mencari pengganti adalah jalan keluar. Namun, aku tak ingin menipu diriku sendiri. Pengganti apa? Bagaimana bisa aku mengisi ruang kosong ini, yang dulu penuh denganmu, dengan seseorang lain yang tak akan pernah mampu menjadi dirimu?

Aku terjebak dalam simalakama. Menunggu dalam ketidakpastian yang perih. Namun tak mampu bergerak untuk melepaskan. Cinta ini seperti api yang tak terlihat, membakar perlahan namun pasti, meninggalkan bekas yang tak terhapuskan. Ada harapan kecil yang masih berdenyut, meski aku tahu, ia tak seharusnya ada. Dan entah sampai kapan, rasa ini akan terus menggerogoti hatiku, hingga akhirnya mungkin aku sendiri yang akan menyerah.

Dan di sinilah aku, memeluk kehampaan yang penuh kenangan, mencari jawaban yang tak pernah kutemukan. Mungkin suatu saat nanti, angin akan membawa kabar, bahwa aku tak lagi mencintaimu. Namun, untuk saat ini, aku hanya bisa menunggu. Menunggu, dalam derita yang penuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

A Centle Reminder

Orang yang tepat akan mengetahui cara mempertahankan cintamu. Orang yang tepat akan benar-benar memilihmu sebagaimana kamu memilih mereka. K...