Saat ini, aku terjebak dalam labirin perasaan yang membingungkan. Aku sering bertanya pada diriku sendiri, apakah aku benar-benar bahagia, atau sekadar bersembunyi di balik luka yang tak kunjung sembuh? Terkadang, senyumku tampak tulus, namun di baliknya, keraguan terus menghantui setiap detak jantungku.
Aku merasa seperti satu-satunya yang mengalah, menurunkan ego demi menjaga kedamaian yang seolah hanya satu arah. Mengapa selalu aku yang meminta maaf, meski bukan aku yang bersalah? Rasanya, ada beban yang harus kutanggung sendirian, sementara orang-orang di sekitarku tampak melangkah tanpa beban, seolah tidak ada kepedihan yang mengikat. Di sinilah aku, berjuang untuk berdamai dengan luka, sementara rasa sakit ini terus menganga.
Di dalam hatiku, ada pertanyaan yang berkecamuk, di mana perasaanku dalam segala ini? Apakah aku harus terus berusaha memahami dan mendengarkan, atau sudah saatnya aku memberi ruang untuk diriku sendiri? Ketika aku terlalu memikirkan perasaan orang lain, sering kali aku lupa akan perasaan dan diriku sendiri.
Namun, di tengah kebingungan ini, ada pelajaran yang perlahan kutemuka, tentang pentingnya memberi diriku waktu untuk merenung. Apa yang sebenarnya membuatku merasa tidak bahagia? Apakah ada situasi atau orang-orang tertentu yang menimbulkan perasaan ini? Yang terpenting, apa yang sebenarnya aku inginkan untuk diriku sendiri?
Kebingungan ini mengajarkan aku untuk bersikap lebih jujur pada diri sendiri. Aku ingin merasakan kebahagiaan yang tulus, bukan yang terpaksa. Mungkin saatnya aku belajar untuk berbicara lebih lantang tentang perasaanku, tanpa rasa takut akan mengecewakan orang lain. Mungkin aku perlu berani mengatakan, "Cukup sudah," dan memberi ruang bagi diriku sendiri untuk merasakan segala hal baik dan buruk.
Hari ini, aku berjanji pada diriku sendiri untuk terus mencari, untuk tidak menyerah pada kebingungan ini, dan untuk memperjuangkan kebahagiaan yang memang pantas aku dapatkan. Aku tidak ingin lagi bersembunyi di balik luka. Ini adalah perjalananku untuk menemukan siapa diriku yang sebenarnya, sebagai seorang yang berhak merasakan kebahagiaan tanpa harus mengorbankan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar