Aku kembali duduk di bawah langit yang terasa terlalu sunyi.
Bulan ini datang lagi, menyeret luka yang belum sempat sembuh sepenuhnya.
Tahun lalu, seseorang yang kucintai pergi—tersesat dalam masa lalunya, meninggalkanku tanpa pilihan selain merelakan.
Kupikir, setelah itu tak akan ada rasa sakit yang lebih parah.
Nyatanya, aku salah.
Tahun ini, hatiku kembali dipecahkan.
Bukan oleh pengkhianatan, bukan pula oleh pertengkaran,
Tapi oleh perpisahan yang tak bisa kuhindari.
Dia akan pergi, dibawa oleh takdir atau mungkin oleh harapan yang bukan aku.
Dan aku, lagi-lagi, ditinggalkan.
Aku benci harus merelakan.
Tapi lebih dari itu, aku benci karena aku mengerti.
Aku tahu dia akan bahagia di sana, dekat dengan orang tuanya.
Dan aku?
Tinggal di sini, menghapus jejaknya pelan-pelan dari ingatan yang tak pernah benar-benar ingin melupakan.
Aku mencintainya, dan mungkin itu adalah kesalahanku.
Cinta ini sunyi, tak bersuara,
Dan kini harus perlahan kubunuh sendiri…
Sebelum ia membunuhku terlebih dulu.
Karena mencintai tanpa memiliki,
adalah luka yang tak berdarah tapi terus mengalir.
Dan melepaskan tanpa pernah menggenggam,
adalah kehilangan yang bahkan tak bisa ditangisi.
April, bulan ini seharusnya tentang harapan.
Tapi bagiku, ia selalu datang dengan perpisahan.
Mungkin, aku memang ditakdirkan untuk selalu ditinggalkan…
Oleh orang-orang yang paling ingin kupeluk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar